Friday, March 22, 2013

Review: Di tepi sungai Piedra aku duduk dan menangis

Judul: Ditepi Sungai Piedra Aku Duduk dan Menangis
Pengarang: Paulo Coelho
Penerbit: Gramedia Pustaka Utama
Tebal: 224 Halaman

“cinta adalah perangkap. Ketika ia muncul, kita hanya melihat cahayanya, bukan sisi gelapnya”.

Begitulah yang semula dipercaya Pilar. Tapi apa yang terjadi ketika ia bertemu dengan kekasihnya setelah sebelas tahun berpisah? Waktu menjadikan Pilar wanita yang tegar dan mandiri, sedang cinta pertamanya menjelma menjadi pemimpin yang tampan dan karismatik. Pilar telah belajar mengendalikan perasaan-perasaannya dengan sangat baik, sementara kekasihnya memilih religi sebagai pelarian bagi konflik-konflik batinnya. Kini mereka bertemu kembali dan memutuskan melakukan perjalanan bersama-sama. Perjalanan itu tidak mudah, sebab dipenuhi sikap menyalahkan dan penolakan yang muncul kembali setelahlebih dari sepuluh tahun terkubur dalam-dalam di hati mereka. Dan akhirnya, di tepi sungai Piedra, cinta mereka sekali lagi dihadapkan pada pertanyaan-pertanyaan terpenting yang bisa disodorkan kehidupan




Seorang perempuan bernama Pilar yang duduk di tepi sungai Piedra sambil menangis. Menurut legenda, segala sesuatu yang jatuh ke sungai tersebut - dedaunan, serangga, bulu burung - akan berubah menjadi batu yang membentuk dasar sungai. Ia menangis ditepi sungai itu,dengan harapan air matanya menjadi batu,begitu pula hatinya. Di tepi Sungai Piedra ini pula, ia menuliskan kehidupannya; cerita cintanya. 


Buku ini diawali dengan menceritakan persahabatan masa kecil Pilar dengan seorang lelaki; keduanya tumbuh bersama, akan tetapi ia kemudian pergi meninggalkan kota kecil tempat mereka tinggal. Bertahun-tahun lamanya mereka berpisah, hanya sesekali berkirim surat. Salah satu surat sahabatnya itu menuliskan keinginannya untuk masuk seminari dan mendedikasikan hidupnya untuk doa. Dan satu hari yang lain, ia menulis surat pada Pilar bahwa ia akan memberikan kuliah di Madrid - dan meminta Pilar untuk datang. Pilar, dengan keinginan untuk menemui sahabatnya dan mengenang masa lalu mereka, akhirnya menyanggupi permintaannya. Perjalanan Pilar dari Zaragoza ke Madrid, akan mengubah hidupnya.


Saat Pilar pergi menemui sahabatnya, ia sama sekali tidak menyangka bahwa lelaki itu sudah menjadi seorang imam spiritual yang dikagumi oleh banyak orang. Dan ketika keduanya mempunyai waktu untuk mereka sendiri, perasaan yang telah bermula sejak kanak-kanak pun diungkapkan. Pilar selama ini mencintai sahabatnya bahkan sejak mereka kecil; dan sebenarnya begitu pula perasaan sebaliknya. Akan tetapi Pilar terlalu takut untuk menerima semuanya, karena ia takut dikecewakan, takut kehilangan, dan takut ditinggalkan. Cerita ini mengisahkan dilema yang dihadapi oleh Pilar dan sahabatnya; karena di satu sisi sahabatnya itu mempunyai dedikasi yang besar kepada Tuhan secara total, dan di sisi lain lelaki itu pun amat mencintai Pilar.

Pilar tidak ingin temannya itu menyianyiakan apa yang sudah diraihnya hanya demi dirinya. Ia bersikeras berkata bahwa cinta itu adalah hal kanak-kanak. Pilar berusaha menahan dirinya agar tidak larut dalam kata 'cinta'. Namun Pilar tau,tidak bisa selamanya membohongi diri sendiri dan perasaan. Akan tiba saat semuanya tersampaikan dan terungkap.


"Tapi ada penderitaan di dalam hidup... dan ada kekalahan. Tak seorang pun dapat menghindarinya. Tapi lebih baik kalah dalam beberapa pertarungan demi impian-impianmu, daripada kalah tanpa mengetahui apa yang kauperjuangkan."


Ini pertama kali aku baca buku karya Paulo Coelho, dari dulu aku penasaran sama buku-bukunya,terutama buku By The River Piedra I Sat Down and Wept ini. Tema buku ini, yang awalnya aku pikir adalah tentang percintaan antara dua sahabat, ternyata lebih fokus kepada spiritualitas. Jalan ceritanya juga fokus pada spiritualitas (maaf) Kristen dan Katholik. Yang kurang sesuai karena aku pribadi adalah seorang Muslim dan bahasanya yang puitis agak sulit dicerna aku yang masih SMA ini --". Tapi terlepas dari jalan ceritanya, buku ini berisikan pesan moral akan kehidupan. Bagaimana kita percaya pada Tuhan dan Mukjizat-Nya. Bagaimana Cinta mengubah Kehidupan. Thumbs up untuk filosofi yang ditulis Paulo Coelho tentang cinta dan kehidupan. Beberapa kutipan yang paling aku sukai dari buku ini:

"Menunggu sangatlah menyakitkan. Melupakan amatlah menyakitkan.Namun tidak mengetahui apa yang harus dilakukan adalah penderitaan yang paling menyakitkan."
"Kita takkan pernah dapat menghakimi kehidupan orang lain, karena masing-masing orang hanya mengenal penderitaan dan penyangkalan dirinya sendiri."
"Setiap hari, Tuhan memberi kita matahari - juga satu saat ketika kita mampu mengubah segala sesuatu yang membuat kita tidak bahagia.Setiap hari, kita berpura-pura belum mengalaminya, menganggap saat itu tidak ada - bahwa hari ini sama dengan kemarin dan tidak akan berbeda dengan hari esok...
Tapi saat itu ada - saat ketika segenap kekuatan bintang menjadi bagian dari kita dan memungkinkan kita menciptakan mukjizat."

 2 out of 5 star

No comments:

Post a Comment