Monday, April 22, 2013

Review: Ranah 3 Warna

Judul: Ranah 3 Warna
Pengarang: A.Fuadi
Penerbit: Gramedia Pustaka Utama
Tebal: 473 halaman

Alif baru saja tamat dari Pondok Madani. Dia bahkan sudah bisa bermimpi dalam bahasa Arab dan Inggris. Impiannya? Tinggi betul. Ingin belajar teknologi tinggi di Bandung seperti Habibie, lalu merantau sampai ke Amerika.

Dengan semangat menggelegak dia pulang ke Maninjau dan tak sabar ingin segera kuliah. Namun kawan karibnya, Randai, meragukan dia mampu lulus UMPTN. Lalu dia sadar, ada satu hal penting yang dia tidak punya. Ijazah SMA. Bagaimana mungkin mengejar semua cita-cita tinggi tadi tanpa ijazah?


Rupanya "mantra" man jadda wajada saja tidak cukup sakti dalam memenangkan hidup. Alif teringat "mantra" kedua yang diajarkan di Pondok Madani: man shabara zhafira. Siapa yang bersabar akan beruntung. Berbekal kedua mantra itu dia songsong badai hidup satu persatu. Bisakah dia memenangkan semua impiannya?

Ke mana nasib membawa Alif? Apa saja 3 ranah berbeda warna itu? Siapakah Raisa? Bagaimana persaingannya dengan Randai? Apa kabar Sahibul Menara? Kenapa sampai muncul Obelix, orang Indian dan Michael Jordan dan Kesatria Berpantun? Apa hadiah Tuhan buat sebuah kesabaran yang kukuh?



Alif kembali ke Maninjau setelah lulus dari Pondok Madani, dengan janji ayahnya supaya bisa ikut tes untuk mendapatkan ijazah SMA Alif bisa bertahan dan lulus dari Pondok Itu.
Mulailah Alif belajar mengejar impiannya untuk pergi ke ITB, menjadi Habibbie. Tapi ternyata mengambil tes di bidang IPA adalah hal yang sulit, sakit hati oleh ucapan Randai, Alif pindah haluan mencoba di bidang IPS, dan ya, Alif lulus meski ia diterima di universitas yang tidak sama dengan cita-cita awalnya.

Merantaulah Alif ke tanah Pasudan, yang dia impikan, hanya saja universitasnya Padjajaran, bukan ITB dan fakulitasnya Hubungan Internasional, bukan Teknik Penerbangan. Mulanya Alif bisa menjalani hidupnya ditanah pasudan ini,sampai suatu cobaan datang kepadanya, dan tiada habisnya. Ternyata mantra man jadda wajada itu tidak cukup sakti, Alif terlalu marah dan kecewa untuk ingat mantra man shabara zhafira, siapa yang bersabar dia akan beruntung.

Siapa sangka, mantra man shabara zhafira lah yang membawa Alif melintasi ranah 3 warna itu.
Bagaimana kisah Alif dalam menjelajahi ranah 3 warna ini?
Apa benar semua keinginannya bisa ia capai?
Alif selalu ingat, Tuhan sungguh Maha Mendengar.

___________________________________________

Inspiratif, satu kalimat untuk mendeskripsikan buku ini. Siapa sangka Alif yang merupakan lulusan pondok dengan keuangan pas-pasan bisa mencapai Ranah 3 warna. Buku ini benar-benar menginspirasi untuk tetap semangat dalam mencapai cita-cita dan sabar. Sabar adalah kunci utama kesuksesan dibuku ini,dan juga hidup. Meskipun menarik, beberapa cerita malah membuat bosan sehingga membuatku banyak meng-skipnya.
4/5 star!
Anak-anakku...
Bila badai datang. Hadapi dengan Iman dan sabar. Laut tenang ada untuk dinikmati dan disyukuri. Sebaliknya laut badai ada untuk ditaklukkan, bukan ditangisi. Bukankah karakter pelaut andal ditatah oleh badai yg silih berganti ketika melintas lautan tak bertepi?

No comments:

Post a Comment